Apa Kata Thamrin tentang PPDB DKI 2020?
- OSOSMHTHAMRIN
- Jul 30, 2020
- 2 min read
Teman-teman pasti udah denger kan, kehebohan tentang ppdb tahun ini? Yap, ppdb tahun ini terdiri dari beberapa jalur diantaranya jalur afirmasi, zonasi, prestasi, dan perpindahan tugas orang tua. Namun, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, jalur zonasi yang merupakan jalur dengan persentase terbesar (40%) menggunakan umur sebagai dasar seleksi. Hal ini memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat, baik calon peserta didik maupun orang tua calon peserta didik.
Sebagai peserta didik SMP yang lulus sebagai angkatan 2020, beberapa siswa MHT 12 memberikan tanggapan yang cukup beragam mengenai sistem PPDB tahun ini. Berikut diantaranya,
“Menurut saya, PPDB tahun ini penuh kesalahan. Walaupun memang niatnya disdik untuk menggunakan usia memang supaya semua anak dapat bersekolah, termasuk anak-anak yang ketinggalan sekolah karena faktor ekonomi atau yang lain supaya sekolah, tetapi disdik tidak mempertimbangkan kuota sekolah yang tersedia di jakarta. Kuota sekolah di jakarta tidak sebanding dengan jumlah anak-anak yang ada, maka akan banyak anak-anak yang tidak dapat bersekolah, yang akan menimbulkan masalah baru dan membuat peraturan baru ini percuma. Masalah yang lain adalah untuk penerimaan siswa dalam jalur akademik/prestasi. Jika jalur itu juga membutuhkan nilai akreditasi sekolah, maka nilai anak-anak yang seharusnya digolongkan tinggi akan kalah hanya karena akreditas sekolah kurang baik. Dalam jalur ini, murid-murid sekolah negeri berada di sisi yang rugi karena sekolah-sekolah negeri relatif tidak mempunyai nilai akreditas yang tinggi dibanding sekolah swasta. Ada juga beberapa murid yang disekolah swasta yang rela mengulang satu tahun untuk masuk ke sekolah negeri yang membuat kuota sekolah makin terbatas. Ketidakselarasan beberapa perkataan disdik dengan masalah jalur zonasi juga menjadi masalah.” --Gabriella Ophelia Valerina Tarigan
“...Temen smp,sd,tk,playground saya banyak bgt yang belom dpt sekolah. Nanti kasihan pas reunian pada ditanyain pengalaman masa sma masing-masing gimana. Seenggaknya dikasih batas usia gt buat yg daftar ppdb biar masih ada harapan buat yg muda-muda. Yg usianya ketuaan harusnya dipisahin sekolahnya (ada sekolah tersendiri)...” --Jovando Haryo Kawapangga
“...Dengan sistem ini ada pelajaran yang dapat kita ambil yaitu belajar bukan untuk nilai (seperti yang dilakukan kebanyakan siswa menjelang UN), tetapi kita harus belajar karena kita butuh ilmu tersebut untuk masa depan…” --Lila Mutiara Kasbi
Bukan hanya peserta didik, seorang guru MHT juga menanggapi sistem PPDB tahun ini. “Sulit juga berkomentar untuk PPDB tahun ini. Karena tidak ada alat ukurnya, UN tahun ini ditiadakan. Jika diambil berdasarkan nilai, nilai tiap sekolah berbeda-beda. Terdapat juga guru ataupun sekolah yang mengobral nilai. Tidak adil juga,” ujar Bu Nuryanti. Beliau juga mengungkapkan bahwa Kemendikbud seharusnya belajar dari tahun ini untuk sistem PPDB selanjutnya. “Mereka pasti bisa narik kesimpulan, bahaya kalau tidak ada alat ukur,” ungkap guru matematika minat SMANU MHT tersebut. --iden,whynut
Comments